Oleh : Hadiyan Rasyadi (Aktivis Mahasiswa)
Menyelaraskan dengan kebutuhan zaman dimana secara teori kita dihadapkan dengan era milenial, banyak mahasiswa yang kian kritis dalam menanggapi apapun yg menurutnya menarik untuk diperbincangkan. Ya, itulah kondisi di era milenial dmna publik lebih tertarik dengan hal yang menarik ketimbang substansial untuk dibicarakan.
Lalu harus kemanakah arah geraknya pergerakan mahasiswa di era milenial ini? Realitanya sekarang tak perlu menjadi seorang aktivis untuk dapat mengkritisi kebijakan pemerintah, cukup dengan follow akun sosial media para pejabat pemerintah dan sampaikan di kolom komentar apa yg menjadi keluh kesah kita.
Namun menarik apabila kita melihat sejarah, sebuah kisah yg ditulisakan oleh Soe Hok Gie dalam bukunya “Catatan Seorang Demonstran” dan difilmkan oleh sutradara kenamaan Riri Reza, yang menceritakan perjuangan mahasiswa 60-an untuk menurunkan rezim soekarno yg dianggap sudah jauh dari nilai keadilan. Menunjukan bahwa sejak dulu memang pergerakan mahasiswa menjadi pressure group yang senantiasa berdampingan dengan berjalannya pemerintahan.
Begitupula yang dikisahkan pada 1974 dan 1998, gelombang masa dari bebagai almamater begitu eksis menyuarakan kebenaran. Bila berbicara relevan atau tidak dengan perkembangan era milenial ini saya akan katakan “masih” cukup relevan, walaupun dengan kuantitas dan kualitas yang bisa dibilang agak menurun karena berbagai penyebab seperti sikap apatis, hedonis, bahkan konflik horizontal sendiri yang mewarnai gerakan mahasiswa.
Sejatinya mahasiswa tetaplah mahasiswa dengan segudang idealismenya, sebesar apapun tantangannya di era milenial ini
tetap saja ada begitu banyak solusi yang dapat ditawarkan untuk dapat menyampaikan aspirasi dan kegelisahan masyarakat. Terlebih, sebagai kaum intelektual mahasiswa punya pemikiran yang mebangun dan menjadi solusi untuk negeri ini.
tetap saja ada begitu banyak solusi yang dapat ditawarkan untuk dapat menyampaikan aspirasi dan kegelisahan masyarakat. Terlebih, sebagai kaum intelektual mahasiswa punya pemikiran yang mebangun dan menjadi solusi untuk negeri ini.
Era milenial bukanlah musuh bagi pergerakan mahasiswa, namun ini menjadi sahabat baru bagi pergerakan mahasiswa. Karena akan makin banyak wadah kreatif yang dapat dipakai untuk melanggengkan pergerakan mahasiswa, tinggal kita yang memilih untuk dapat masuk ke wadah mana agar sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Yang terpenting, karena masih banyak buruh, tani dan rakyat miskin kota yang menunggu seruan mahasiswa untuk menegakkan kebenaran
Hidup Mahasiswa!
Posting Komentar